Strategi Mengembangkan Keprofesian Berkelanjutan di Abad 21 - Badrus Sulaiman | Pendidikan, Teknologi Komputer dan Informatika

Jumat, 17 Mei 2019

Strategi Mengembangkan Keprofesian Berkelanjutan di Abad 21

Memang guru harus selalu mengembangkan keprofesiannya secara berkelanjutan karena guru berperan strategis meningkatkan proses pembelajaran dan mutu peserta didik. Karena nyawa peradaban itu ada di pendidikan. Seperti apa kondisi pendidikan, seperti itulah nanti cerminan masyarakat kita.

strategy

Strategi yang saya jelaskan disini hanya meliputi 3 (tiga) aspek saja, meliputi :

  1. Strategi pengembangan diri,
  2. Strategi publikasi ilmiah, dan
  3. Strategi karya inovatif

Strategi Pengembangan Diri

Strategi saya untuk mengembangkan keprofesian yang berkelanjutan menghadapi tantangan di Abad 21 yang pertama adalah selalu bersemangat dalam mengembangkan diri. Juga berpartisipasi aktif ketika ada diklat atau pelatihan guna meningkatkan kompetensi profesi kita. Apapun bentuk kegiatannya, asalkan kegiatan tersebut positif dan dirasa bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi profesi sebaiknya kita ikut.

Dana dan waktu juga menjadi pertimbangan sih. Dari kegiatan yang sudah-sudah, tidak semuanya juga bisa saya ikuti. Yang terpenting kita selalu aktif mencari kesempatan dan selalu berusaha untuk mengikutinya. Tidak boleh pasif apalagi ketika kita dihadapkan dengan peluang untuk mengikuti kegiatan namun kita melewatkannya begitu saja. Sayang sekali kalau seperti itu kan...

Dalam mengembangkan diri, kita juga perlu menanamkan dalam diri kita seperti yang saya fahami dari penuturan Buya Hamka: Jangan merasa ilmumu sudah tinggi, karena begitu kamu merasa ilmumu sudah cukup atau sudah tinggi kamu akan berhenti. Sementara ilmu itu berkembang dunia ini berubah. Sementara yang kamu tahu hanya sebatas kemampuanmu sebatas pengalamanmu yang pasti tidak sempurna, maka jangan pernah kamu merasa ilmumu sudah cukup tinggi.

buya hamka circle

Apa yang disampaikan Buya Hamka, jika kita sudah bisa meresapi dan menjalankannya, maka pribadi kita akan menjadi sosok yang haus akan ilmu. Tanpa ada dituntut oleh apapun atau siapapun, guru secara langsung akan selalu mengembangkan dirinya. Karena selalu merasa bahwa dirinya kurang.

Selanjutnya kita juga perlu meluaskan pergaulan kita. Tidak cukup hanya mengikuti KKG atau MGMP saja. Ikuti juga kelompok kajian-kajian, diskusi terbatas, simposium, bedah buku dan sebagainya. Tidak harus kegiatan yang bersifat offline, kita juga bisa mengikuti forum-forum atau grup-grup online yang banyak sekali membahas tentang bidang-bidang kita.

Setelah pergaulan kita luas, kita juga perlu luwes. Maksudnya bisa bergaul dengan siapa saja, tidak perlu merasa paling unggul, jangan terlalu memilih-milih. Sehingga pengetahuan dan pemahaman kita bisa menjadi lebih luas, artinya semesta pemikiran kita bisa menjadi lebih besar. 

salaman

Jika wadah kita besar, ketika ada perbedaan apapun tetap bisa masuk dalam semesta pemikiran kita dan tidak mudah kaget dengan perbedaan. Tidak mudah terpengaruh dan tidak mudah tertipu. Tapi semua bisa masuk, karena kita menjadi tau bahwa setiap pikiran ada sisi benarnya masing-masing, setiap gagasan ada sisi pas-nya masing-masing asal dalam konteks yang tepat.

Kita juga perlu senantiasa melakukan refleksi terhadap program pembelajaran. Tidak harus berbentuk PTK sebenarnya, bakunya sih memang PTK. Apapun bentuknya, kita perlu melakukan relfeksi atas apa yang sudah kita laksanakan. Sehingga kita bisa mengetahui kekurangan-kekurangan kita dan bisa kita perbaiki pada masa yang akan datang.

Strategi Publikasi Ilmiah

Untuk publikasi ilmiah yang paling menarik bagi saya adalah membuat buku. Langkah awal yang perlu saya lakukan yaaaaa menulis aja. Langsung saja menulis. Seperti menuliskan blog saat ini, saya menikmatinya dan saya jadikan sebagai pengasah keterampilan menulis. Saya tidak pedulikan apa ini apa itu caranya begini harus menulis begitu. 

Udah, yang penting saya menulis. Itu saja dulu. Karena bagi saya, ketika sudah menemukan keasikan dalam suatu hal, kita akan menikmatinya dan menganggapnya sebagai kegiatan yang menyenangkan. Jadi tidak terbebani sama sekali.


Belajar konsisten atau istiqomah, saya masih berusaha di situ. Karena menulis membutuhkan konsistensi. Tidak hanya menulis sih, semua hal kalau kita konsisten itu lebih baik meskipun sedikit. Untuk melatih konsistensi dalam hal menulis saya menulis blog ini (https://www.ebadrus.com/) yang isinya lebih ke pendidikan. Tapi saya masih belum bisa konsisten sih T.T ini tertinggal 3x posting. Saya perlu memperbaiki ritme dan manajemen waktunya lagi. Sebaiknya saya mencari cara agar bagaimanapun kondisinya posting tetap harus jalan.

Meskipun saya menyebutkan yang penting nulis, bukan berarti aturan tentang penulisan itu tidak penting. Memang yang terpenting menumbuhkan dulu minat untuk menulis, selanjutnya disertai dengan penambahan wawasan tentang menulis.

Cara saya untuk menambah wawasan tentang menulis saya mengikuti pelatihan-pelatihan tentang penulisan. Ini juga termasuk pengembangan diri. Biasanya saya ikut pelatihan yang diselenggarakan oleh IGI (Ikatan Guru Indonesia).

Banyak sekali pelatihannya untuk pengembangan diri guru. Termasuk pelatihan tentang penulisan buku hingga penerbitannya. Dari kegiatan IGI tersebut saya menjadi lebih tau dan mengenal banyak teman-teman guru yang punya semangat luar biasa dalam mengembangkan profesionalitasnya. Sehingga semangatnya pun juga bisa menular kepada saya.

Silahkan cek program kerja dari IGI untuk mengikuti program-program pelatihannya : https://www.igi.or.id/program-kerja-igi

Strategi Karya Inovatif

Karya inovatif ini juga menarik. Dengan ini kita bisa memperbaiki dan menutup kekurangan-kekurangan yang sebelumnya. Saya tertarik dengan penemuan teknologi tepat guna, penemuan atau pengembangan dan pembuatan alat peraga atau praktikum.

Hal ini sesuai dengan pelatihan yang baru saja saya jalani di Yamaha, yaitu tentang kaizen (baca: kaizeng) yang artinya perubahan berkesinambungan ke yang lebih baik.

kaizen
sumber : https://www.opex-academy-for-certification.ca/certifications/lean-and-kaizen.html

Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan  menemukan permasalah nyata yang ada di sekitar kita. Karena karya inovatif itu berangkat dari pemecahan masalah yang ada atau perbaikan dari cara yang sebelumnya. Diharapkan karya inovatif kita bisa memberikan manfaat yang lebih daripada yang sebelumnya atau bisa memecahkan masalah yang ada.

kaizen innovation


Setelah mengetahui permasalahan nyata yang ada di sekitar kita, langkah selanjutnya kita perlu mencari penyebab utama. Caranya bisa dengan menggunakan prinsip "5 Whys".

Kenapa kok ada "5 Why"? Karena biasanya kita bisa mengetahui penyebab utama dari suatu permasalah ketika kita bertanya "kenapa?" sebanyak 5 kali.

Tidak semua 5 kali sih, tapi jangan mencari penyebab utamanya hanya dengan bertanya "kenapa?" satu kali saja. Hanya saja biasanya ketika kita gunakan 5 why sudah ditemukan penyebab utamanya. Kadang juga 3 kali sudah ketemu. Kadang juga lebih.

Contoh penerapan "5 Whys" misal masalahnya adalah siswa malas ikut pelajaran.

  1. Kenapa malas? karena tidak suka pelajarannya. 
  2. Kenapa tidak suka pelajarannya? karena cara gurunya mengajar kurang menarik. 
  3. Kenapa kurang menarik? karena gurunya tidak tau cara mengajar yang menarik. 
  4. Kenapa gurunya tidak tau? karena gurunya tidak pernah ikut pelatihan. 
  5. Kenapa gurunya tidak pernah ikut pelatihan? karena gurunya tidak suka ikut-ikut yang seperti itu. 
  6. Kenapa tidak suka? karena ya mengajar seperti itu-itu saja juga tetap dibayar kok. 
  7. Kenapa kok tetap dibayar? karena terlihat sudah bekerja. 
  8. Kenapa kok mengibuli gitu? karena inginnya lancar jaya selamat sentausa langsung cair tanpa susah-susah. Haduu...

Nah, seperti itulah contoh penerapan "5 Whys" meskipun ternyata yang saya contohkan lebih dari 5. hehehe kalau contoh di industri seperti gambar di bawah ini.

kaizen

Nah, itulah strategi mengembangkan keprofesian berkelanjutan pada Abad 21 ini.
Jika bermanfaat, jangan lupa

text share it
Comments


EmoticonEmoticon